Minggu, 03 April 2011

Al Maksumin: Imam al Kazim(as)




a. Biografi Singkat Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Imam Musa bin Ja’far a.s. yang dikenal dengan julukan Al-Kazhim, babul hawaa`ij (pintu terkabulnya hajat) dan hamba yang saleh dilahirkan di Abwa`, sebuah desa yang terletak di antara Makkah dan Madinah pada tanggal 7 Shafar 128 H. Ibunya bernama Hamidah.
Ia syahid pada tanggal 25 Rajab 183 H. di penjara Harun Ar-Rasyid pada usia 55 tahun dengan cara diracun. Kuburannya berada di kota Kazhimain, dekat kota Baghdad.
Imam Musa Kazhim a.s. meneruskan metode ayahnya dalam berdakwah yang menekankan pentingnya sebuah perombakan pemikiran dan akidah masyarakat waktu itu dan memerangi aliran-aliran yang menyimpang dari rel Islam. Dengan argumentasi-argumentasi yang kokoh ia telah membuktikan kerapuhan pemikiran-pemikiran atheis dan menyadarkan orang-orang yang sedang menyeleweng akan kekeliruannya. Tidak lama berselang revolusi pemikiran yang dirintis oleh Imam Kazhim a.s. mengalami puncak kecemerlangannya dan mempengaruhi para ilmuwan yang hidup kala itu.
Realita ini sangat mengkhawatirkan para penguasa Abasiyah. Dengan ini mereka menggunakan tindak kekerasan dan penyiksaan dalam menangani para pengikutnya. Dikarenakan tindakan asusila mereka ini dan adanya kemungkinan bahaya yang mengancamnya, Imam Kazhim a.s. memerintahkan Hisyam, salah satu pengikut setianya untuk tutup mulut. Dan hingga Khalifah mati, ia meliburkan semua program diskusi dan pembahasan ilmiahnya.
Ibnu Hajar Al-Haitsami bercerita: “Musa Al-Kazhim mewarisi semua ilmu yang dimiliki oleh ayahnya dan ia adalah orang yang memiliki keistimewaan khusus dan sangat sempurna. Karena sifat kepemaafan dan kesabaran yang dimilikinya dalam menghadapi masyarakat bodoh yang hidup pada zamannya, ia mendapatkan julukan al-kazhim (penahan amarah). Pada masanya, tidak ada seorang pun yang bisa menyamainya dalam ilmu pengetahuan dan kedermawanan”.
Imam Kazhim a.s. menunjukkan sikap anti dan negatif terhadap penguasa yang berkuasa saat itu, dan ia memerintahkan para pengikutnya –dalam menyelesaikan pertikaian yang mereka hadapi– untuk tidak merujuk kepada penguasa. Sebaliknya, mereka harus menentukan hakim sendiri yang berhak untuk menyelesaikan pertikaian mereka.
Berkenaan dengan para penguasa zalim Imam Kazhim a.s. berkata: “Barang siapa yang menghendaki mereka tetap hidup, maka ia termasuk golongan mereka. Dan barang siapa yang termasuk golongan mereka, maka ia akan masuk neraka”. Dengan demikian, Imam telah menentukan sikap tegas terhadap pemerintahan Harun Ar-Rasyid, mengharamkan kerja sama dengannya dan melarang para pengikutnya untuk bergantung kepada pemerintahannya.
Imam Kazhim a.s. berkata: “Janganlah kalian bersandar kepada mereka, karena kalian akan dijerumuskan ke dalam api neraka”.
Ia mengecualikan Ali bin Yaqthin, salah satu pengikutnya dari instruksi tersebut dan memperbolehkannya untuk menduduki kursi kementrian pada masa Harun Ar-Rasyid sebagaimana ia juga telah memegang tampuk tersebut pada Mahdi Al-Abasi. Ia pernah meminta izin dari Imam Kazhim a.s. untuk mengundurkan diri dari tugasnya. Akan tetapi, Imam melarangnya untuk melakukan hati itu seraya berkata kepadanya: “Jangan kau lakukan itu. Saudara-saudaramu menjadi mulia karenamu dan mereka bangga denganmu. Mungkin dengan bantuan Allah engkau bisa memperbaiki situasi ini, menolong orang yang tidak mampu atau para musuh-Nya akan kalah karenamu. Wahai Ali, kaffarah yang harus kau berikan sekarang adalah berbuat baik kepada saudara-saudaramu. Lakukanlah satu hal niscaya aku akan menjamin tiga hal untukmu: setiap kali engkau melihat pengikut kami, maka penuhilah segala kebutuhannya dan hargailah dia. Aku jamin engkau tidak akan masuk penjara, tidak satu pedang pun yang akan melukaimu dan engkau tidak akan pernah mengalami kemiskinan. Wahai Ali, barang siapa yang membahagiakan seorang mukmin, maka ia –pertama– telah membahagiakan Allah, –kedua– Rasulullah SAWW dan –ketiga–kami”.
b. Memata-matai Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Sebagian program dan kegiatan-kegiatan Imam Kazhim a.s. dibocorkan oleh mata-mata pemerintah kepada Harun Ar-Rasyid yang berkuasa saat itu. Dan hal ini menyulut api amarahnya.
Suatu kali mereka memberikan informasi kepada Harun Ar-Rasyid bahwa harta berlimpah dikirimkan kepada Imam Kazhim a.s. dan dengan demikian ia memiliki baitul mal yang sangat banyak. Harun Ar-Rasyid mengeluarkan instruksi untuk menangkap dan memenjarakan Imam Kazhim a.s. Yahya Barmaki tahu bahwa Imam a.s. menginginkan khilafah untuk dirinya, dan untuk itu ia mengirimkan surat kepada para pengikutnya yang berdomisili di berbagai penjuru negeri Islam untuk bergabung kepadanya dan mengadakan pemberontakan untuk menentang pemerintah. Yahya memberitahukan hal itu kepada Harun dan ia mempengaruhinya untuk bertindak cepat. Akhirnya, Harun Ar-Rasyid memasukkan Imam Kazhim a.s. ke dalam penjara guna memisahkannya dari para pengikutnya. Imam ditahan di dalam penjara Harun sekitar 14 tahun lamanya.
Ketika masih di dalam penjara, Imam pernah menulis sepucuk surat kepada Harun yang berbunyi sebagai berikut: “Tidak akan ada hari penuh bala` yang menimpaku sedangkan kamu hidup berbahagia. Di suatu hari yang tidak berujung kita semua akan dihisab. Pada saat itulah orang-orang yang bejat akan merasakan merugi”.
Di dalam penjara, Imam Kazhim a.s. mengalami berbagai siksaan yang sangat menyakitkan. Tangan dan kakinya dirantai. Pada akhirnya mereka meminumkan racun kepadanya dan ia syahid dalam keadaan mazlum.
c. Budi Pekerti Luhur Imam Musa Kazhim a.s.
Imam Kazhim a.s. adalah orang yang paling abid, zahid, faqih dan dermawan pada masa itu. Ketika dua pertiga malam tiba, ia mulai melakukan shalat sunnah dan melanjutkan shalatnya hingga fajar menyingsing. Setelah melaksanakan shalat Shubuh, ia mengangkat tangan untuk berdoa dan mulai tenggelam dalam tangisan hingga seluruh jenggotnya basah dengan air mata. Ketika ia membaca Al Quran, orang-orang berdatangan dan berkumpul di sekelilingnya untuk menikmati suaranya yang merdu.
Ia dikenal dengan julukan hamba saleh, dan karena kemampuannya menahan amarah, ia dijuluki dengan al-kazhim. Julukannya yang lain adalah shabir (penyabar) dan amin (terpercaya).
Salah satu dari keturunan Umar bin Khattab sering mengganggunya dan menjelek-jelekkan Imam Ali a.s. Sebagian orang yang bersamanya berkata: “Izinkanlah kami membunuhnya”. Imam a.s. dengan tegas mencegah mereka untuk melakukan hal itu. Pada suatu hari, Imam mencari orang tersebut. Mereka menjawab: “Ia sibuk berkebun di pinggiran Madinah”.
Dengan menunggangi keledainya Imam masuk ke kebun orang tersebut. “Jangan kau rusak tanamanku”, teriaknya nyaring. Akan tetapi, Imam a.s. tidak menghiraukan teriakannya. Ia terus masuk ke kebunnya dengan menunggangi keledai hingga ia sampai di hadapannya. Imam turun dari keledai dan langsung bersenda-gurau dengannya.
Setelah itu Imam a.s. bertanya: “Berapa kerugian yang kau taksir akibat kerusakan kebunmu ini?”
“100 Dinar!”, jawabnya tegas.
“Sekarang berapa kerugian yang harus kuganti?”, tanya Imam kembali.
“Aku tidak memiliki ilmu ghaib (baca : aku tidak tahu–pen.)”, jawabnya.
“Aku bertanya berapa yang harus kubayar?”, tanya Imam memaksa.
“200 Dinar”, jawabnya.
Imam Kazhim a.s. memberikan 300 Dinar kepadanya seraya berkata: “Kebunmu tetap menjadi milikmu”. Lelaki itu bangun dari duduknya seraya mencium kening Imam a.s. dan hengkang dari tempat itu.
Imam Musa Kazhim a.s. pergi ke masjid dan melihat lelaki itu duduk di dalam masjid. Ketika ia melihat Imam masuk, ia berkata: “Allah lebih tahu di mana Ia harus meletakkan risalah-Nya”.
Para pengikut Imam a.s. mengerumuni lelaki tersebut dan bertanya kepadanya: “Apa gerangan yang terjadi? Selama ini engkau selalu memusuhinya?” Ia akhirnya mulai mengumpat mereka dan berdoa untuk keselamatan Imam Kazhim a.s.
Setelah itu Imam Kazhim a.s. berkata kepada para pengikutnya: “Apakah perlakuan yang ingin kalian lakukan terhadapnya lebih baik atau perlakuanku terhadapnya dengan memberikan uang 300 Dinar kepadanya?”
Sangat banyak riwayat yang menceritakan akhlak Imam Kazhim a.s. yang sangat tinggi, kesabarannya dalam menghadapi segala kesulitan dan ketidakpeduliannya terhadap harta dunia. Hal ini mengindikasikan kesempurnaan jiwa dan sifat kepemaafannya yang sangat luhur.
d. Pasca Syahadah Imam Musa Al-Kazhim a.s.
Atas perintah Harun Ar-Rasyid, Sindi bin Syahik menaruh racun di dalam makanan Imam Musa Kazhim a.s. Setelah memakannya, ia harus meninggalkan dunia fana ini setelah tiga hari bergelut dengan racun tersebut.
Setelah Imam Kazhim a.s. syahid, Sindi mengumpulkan beberapa orang faqih dan pembesar Baghdad. Setelah mereka sampai di samping jenazah Imam, ia berkata kepada mereka: “Lihatlah dengan seksama, apakah kalian melihat bekas tusukan pedang atau panah di tubuhnya?” “Kami tidak melihat bekas tersebut”, jawab mereka. Setelah itu ia meminta dari mereka untuk bersaksi bahwa Imam a.s. meninggal dunia secara biasa. Dan mereka bersaksi. Tak lama kemudian, ia mengeluarkan jenazah Imam a.s. dan diletakkannya di jembatan Baghdad. Ia memerintahkan seseorang untuk berteriak: “Ini adalah Musa bin Ja’far telah mati. Lihatlah!” Orang-orang yang lewat di situ memperhatikan jenazahnya dan mereka tidak melihat bekas pembunuhan sedikit pun.
Berkenaan dengan lamanya Imam Kazhim a.s. dipenjara, terdapat beberapa pendapat yang sangat berbeda. Satu pendapat menyatakan 4 tahun, pendapat kedua mengatakan 7 tahun, pendapat ketiga mencatat 10 tahun dan pendapat keempat 14 tahun.
Pada kesempatan ini kami haturkan kepada para pencari kebenaran hakiki hadis-hadis suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Kazhim a.s.
1. Hujjah lahiriah dan batiniah
“Sesungguhnya Allah memiliki dua hujjah atas manusia: hujjah lahiriah dan hujjah batiniah. Hujjah lahiriah adalah para rasul, nabi dan imam (ma’shum) dan hujjah batiniah adalah akal”.
2. Sabar dan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia
“Sabar dalam kesendirian adalah tanda kekuatan akal. Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya, Allah adalah penenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliaannya di hadapan selain kerabatnya”.
3. Merendahkan diri di hadapan Allah
“Barang siapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri dengki dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya. Barang siapa yang akalnya telah sempurna, maka ia akan merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya. Barang siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan merasa kaya. Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali”.
4. Menjenguk mukmin karena Allah
“Barang siapa yang menjenguk saudara seimannya karena Allah, bukan karena selain-Nya, demi mengharap pahala-Nya dan segala yang telah dijanjikan kepadanya, maka Allah azza wa jalla akan memerintahkan tujuh puluh ribu malaikat untuk menjaganya dari sejak ia keluar dari rumah hingga ia kembali ke rumahnya seraya berkata kepadanya: ‘Engkau adalah orang baik (baca : beruntung) dan surga adalah sesuai denganmu. Engkau telah membangun rumah di sana”.
5. Harga diri, akal dan nilai seseorang
“Tidak sempurna agama orang yang tidak memiliki harga diri, dan tidak memiliki harga diri orang yang tidak berakal. Sesungguhnya orang yang paling agung nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai satu nilai baginya. Ingatlah, harga badanmu ini adalah surga, jangan engkau menjualnya dengan selainnya”.
6. Menjaga harga diri orang lain
“Barang siapa yang menjaga dirinya untuk tidak mempermalukan orang lain, maka Allah akan mengampuni kesalahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menahan murka-Nya terhadapnya pada hari kiamat”.
7. Faktor-faktor yang dapat mendekatkan diri dari Allah
“Sarana paling baik yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah shalat, berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan sifat dengki, sombong dan bangga diri”.
8. Orang berakal tidak akan berbohong
“Sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya”.
9. Hikmah diam
“Sedikit berbicara adalah sebuah hikmah yang amat besar. Oleh karena itu, hendaklah kalian banyak diam, karena banyak diam adalah satu ketenangan hidup dan satu faktor yang dapat meringankan dosa”.
10. Pencela yang tak tahu malu
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga bagi pencela yang tak tahu malu dan tidak memikirkan apa yang keluar dari mulutnya serta apa yang dikatakan orang lain kepadanya”.
11. Orang sombong tidak akan masuk surga
“Hati-hatilah terhadap sifat sombong! Karena tidak akan masuk surga orang yang di hatinya tersimpan setitik kesombongan”.
12. Program kerja siang dan malam
“Berusahalah untuk membagi waktu kalian dalam empat bagian: satu bagian untuk bermunajat kepada Allah, satu bagian untuk mencari rezeki, satu bagian untuk menjenguk para saudara seiman yang dapat dipercaya untuk memberitahukan aib-aib yang ada pada dirimu dan sahabat setiamu lahir-batin, dan satu bagian untuk menikmati kenikmatan yang kalian miliki asalkan tidak haram. Dengan menggunakan bagian keempat ini kalian akan mampu melaksanakan tiga bagian di atas”.
13. Duduk bersama dengan orang yang beragama dan berakal
“Duduk bersama orang yang beragam adalah sebuah kemuliaan dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasihat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu”.
14. Akibat cinta dunia
“Barang siapa yang mencintai dunia, rasa takut kepada akhirat akan sirna dari hatinya. Barang siapa yang ilmunya bertambah kemudian kecintaannya kepada dunia juga bertambah, maka ia akan bertambah jauh dari Allah dan kemurkaan-Nya kepadanya akan bertambah”.
15. Menjauhi tamak dan hanya bertawakal kepada Allah
“Hindarilah tamak dan janganlah mengharap apa yang ada di tangan manusia serta musnahkanlah rasa tamak dari hati para makhluk, karena tamak adalah kunci kehinaan, pembasmi akal, pemusnah dan pengotor harga diri serta pembasmi ilmu. Janganlah (hanya mengandalkan) tawakal kepada Tuhanmu”.
16. Hasil amanah dan kejujuran
“Menjaga amanah dan berkata jujur dapat mendatangkan rezeki, sedangkan khianat dan berkata bohong dapat mendatangkan kefakiran dan kemunafikan”.
17. Berkata benar dan membasmi kebatilan
“Takutlah kepada Allah dan berkatalah benar meskipun engkau harus binasa, karena di dalam berkata benar itu adalah keselamatanmu. Takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah kebatilan meskipun engkau akan selamat, karena di dalam kebatilan itu adalah kecelakaanmu”.
18. Bala` sesuai dengan kadar iman seseorang
“Seorang mukmin bak dua sayap timbangan, ketika imannya bertambah, maka bala`nya pun akan bertambah”.
19. Shalat sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah
“Shalat sunnah adalah sarana bagi mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah”.
20. Keutamaan ishlah (memperbaiki keadaan) dan memaafkan
“Pada hari kiamat sebuah suara akan berteriak lantang: “Perhatian! Barang siapa yang merasa memiliki pahala di sisi Allah, hendaklah ia berdiri!” Tidak ada orang yang berani berdiri kecuali para pemaaf dan orang yang memilih semangat untuk ishlah. Pahalanya ada di sisi Allah”.
21. Sedekah terbaik
“Menolong orang yang lemah adalah sedekah terbaik”.
22. Dosa baru, bala` baru
“Ketika seseorang melakukan dosa baru yang belum pernah dilakukannya, maka Allah akan mendatangkan bala` yang tak pernah disangka-sangka baginya”.
23. Kunci pintu hati
“Perdalamilah agama Allah, karena memperdalami agama adalah kunci hati dan faktor utama untuk mencapai kedudukan yang tinggi di dalam agama dan di dunia. Dan keutamaan seorang “faqih” atas seorang abid bak keutamaan matahari atas bintang-bintang, dan barang siapa enggan mendalami agamanya, maka Allah tidak akan pernah merelai amalannya”.
24. Dunia adalah sarana terbaik
“Jadikanlah untuk dirimu bagian dari dunia selama hal itu halal, tidak merusak harga diri dan tidak melampaui batas, serta gunakanlah dunia tersebut untuk memperkokoh agama, karena diriwayatkan bahwa bukan golongan kami orang yang mengorbankan dunia demi agamanya atau mengorbankan agama demi dunianya”.
25. Ibadah terbaik
“Ibadah terbaik setelah mengetahui Allah adalah menunggu “faraj” (kemunculan Imam Mahdi a.s.)”.
26. Mencintai orang lain
“Mencintai orang lain adalah setengah iman”.
27. Menghindari kemarahan
“Barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menghindarkannya dari siksa api neraka”.
28. Manusia terkuat
“Barang siapa ingin menjadi manusia terkuat, hendaknya bertawakal kepada Allah”.
29. Selalu meningkat, bukan malah mundur
“Barang siapa yang dua harinya sama, maka ia telah rugi, barang siapa yang satu harinya lebih jelek, maka ia terlaknat, barang yang (kebaikannya) tidak bertambah sama sekali, maka ia berada dalam kekurangan, dan barang siapa yang berada dalam kekurangan, maka kematian lebih baik baginya”.
30. Berbuat kebajikan kepada orang lain
“Hak saudaramu yang paling vital adalah jangan kau menutupi sesuatu yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya”.
31. Menghindari bergurau
“Hindarilah bergurau, karena bergurau dapat melenyapkan cahaya imanmu”.
32. Nasihat alam semesta
“Jika engkau merenungkan ciptaan (yang ada di dunia ini), niscaya engkau akan melihat nasihat di dalamnya bagimu”.
33. Yang memahami nilai kebajikan
“Barang siapa yang tidak pernah merasakan kesulitan, maka ia tidak akan pernah memahami nilai kebajikan orang lain”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ISIS

Negara Islam (di) Irak dan Syam  ( Bahasa Arab : الدولة الاسلامية في العراق والشام /  al-Dawlah al-Islāmīyah fī al-ʻIrāq wa-al-Shām ,  ...